Era Teknologi
Aku takut hari di mana teknologi akan melampaui interaksi manusia
Dunia akan memiliki generasi Idiot
- Albert Einsten
Perkembangan Teknologi dewasa ini
tidak dapat dibendung lagi. Selain menjadi ancaman juga menjadi tantangan bagi semua
kalangan yang menggunakannya.
Orang tua, dewasa, remaja bahkan
anak-anak menggunakan teknologi bukan lagi
menjadi kebutuhan tersier atau primer. Tetapi sudah menjadi kebutuhan pokok
manusia. Karena memberikan kemudahan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.
Sebagai contoh teknologi yang
sangat pesat perkembangannya saat ini adalah smartphone. Smartphone merupakan
nama dari teknologi yang pertama kali di gagas oleh Steve Jobs. Menggunakan
sitem opersi iOS. Menyusul sistem
operasi android yang digunakan smartphone-smartphone
seperti samsung xiomi, vivo, oppo, dan lain sebagainya.
Smartphone jika kita kita artikan menjadi bahasa indonesia adalah Handphone
(HP) pintar. Sesuai namanya keunggulanya juga berbagai rupa. Menghubungkan
orang-orang jarak jauh, menonton vidio, mengambil setiap momen kehidupan,
memutar musik, bermain game, mencari jalan, memesan makanan dan masih banyak
lagi.
Sebagai conntoh saat ini
penggunaan samrtphone marak untuk media sosial. Selain memberikan informasi media
sosial juga sebagai ajang untuk mengekspresikan diri. Baik itu melalaui Facebook, Twitter, instagram, line, dan whatsapp.
Kondisi kehidupan bahkan suasana
hati bukan lagi hal yang tabu untuk di umbar. Melainkan sesuatu yang biasa kita
saksikan di media sosial.
Bahkan beberapa bulan lalu ada
seseorang pengguna facebook yang merekam dirinya bunuh diri secara langsung dan
disaksikan oleh banyak orang. Sangat diasayangkan sekali jika penggunaan media
sosial digunakan seperti itu. Mempertontonkan kebodohan.
Sering juga kita jumpai orang-orang
yang berjalan-jalan di tempat perbelanjaan yang selalu saja menggunakan Hpnya.
Berjalan sembari menunduk. Saya sejenak berpikir kenapa tidak di rumah saja
melihat barang-barang melalui Hpnya toh saat ini sudah banyak barang-barang tersedia
secara online. Daripada jalan sambil menunduk nanti tegelincir dan jatuh.
Kebuthan akan informasi yang
cepat dan serba instan membuat kita bergabung di grup-grup media soial seperti
line atau whatsapp. Tetapi sering kita saksikan dan rasakan grup tersebut bukan
lagi wadah untuk bersosialisasi. Pertanyaan yang dilontarkan anggota grup tak
jarang hanya dibaca dan dibiarkan sama sekali karena keengganan kita untuk menjawab dengan
berbagai alasan.
Walaupun suatau ketika orang yang
ada dalam grup tersebut dipertemukan. Tetapi masih tetap saja akan asyik dengan
smartphonenya. Sehingga percakapan menjadi sangat minim. Tak ubahnya seperti
dalam grup sebelumnya.
Saat ini kita banyak alami kehebatan
media sosial dalam memberikan informasi yang begitu cepat. Sementara kita tidak
pernah membentengi diri. Hingga tak jarang kita menemukan seorang yang tiba-tiba
ahli dalam segala hal. Menshare atau
menuliskan ulang informasi sesuka
hatinya yang hanya sekejap dia pahami tanpa melakukan kajian mendalam. Menyebabkan hoax bertebaran di mana-mana bagai debu
yang tak terlihat.
Saling mengadu domba, saling
mencaci maki, sikap egois dan berbagai macam sikap lainnya kita tunjukan di media sosial.
Lebih senang debat kusir dan merasa hebat dibanding menjadi ahli.
Begitulah cara kerja teknologi
selain memudahkan pekerjaan juga menimbulkan permasalahan sosial lainnya. Gaya
hidup, selera, dan hobi kita juga bergesar. Yang menjadi pertanyaan bagaimana
menghadapi perubahan yang begitu cepat seperti ini.
Kita tidak bisa lari, menghindar,
atau membencinya. Kita harus tetap menerimanya jika ingin bertahan hidup di era
seperti ini. Era teknologi yang berkembang pesat.
Persiapan yang perlu kita lakukan adalah memperkaya diri dengan pengetahuan, banyak membaca buku-buku, bijak dalam menggunakan teknologi, dan pastinya saling memahami sesama manusia.
Comments
Post a Comment