Konfrensi Pemuda sebagai Solusi Awal Pembentukan Komunitas Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Pendidikan


http://tango.image-static.hipwee.com/

Indonesia adalah salah satu negera dengan penduduk terbesar di dunia, walaupun memiliki banyak penduduk, Indonesia memiliki kulalitas sumber daya manusia yang relatif rendah. Hal itu dikarenakan kurangnya pendidikan penduduk Indonesia, padahal pendidikan menjadi suatu kebutuhan bagi setiap warga negara. Pendidikan mampu mengubah pola pikir dan kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik. Selain bepengaruh pada invidu, tidak dipungkiri bahwa pendidikan menjadi aset penting dalam pembangunan sebuah negara. Pendidikan merupakan transmisi nilai, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dengannya dapat menghasilkan sumber daya manusia yang mumpuni dan berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu mengembangkan potensi negara dengan optimal.

         Pendidikan begitu penting bagi seseorang, tetapi tidak semua orang dapat merasakanya salah satunya adalah anak jalanan. Di Indonesia saat ini diperkirakan terdapat 50.000 anak bahkan mungkin lebih, yang menghabiskan waktu yang produktif di jalanan (Pardede, 2008). Maraknya anak jalanan akan menghmbat proses pembangunan nasional jika mereka tidak menadaptkan pendidikan sedini mungkin. Dengan tidak memperoleh pendidikan akan mengakibatkan rendahnya sumber daya manusia berkualitas, angka pengganguran semakin tinggi, rantai kemiskinan tidak akan terputus dan lain sebagainya. Sementara itu, anak jalanan di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat.
       
       Lukemeyer (dalam Calara, 2012) banyak hal yang mempengaruhi anak untuk bekerja dijalanan seperti faktor ekonomi, kesehatan, gizi anak, pola interaksi orang tua-anak, aspirasi orangtua terhadap masa depan anak, kekerasan yang dialami anak, pola asuh, dan sebagainya. Secara umum, pendapat yang berkembang dimasyarakat mengenai anak jalanan adalah anak-anak yang berada dijalanan untuk mencari nafkah dan menghabiskan waktu untuk bermain, tidak bersekolah, dan kadang kala ada pula yang menambahkan bahwa anak-anak jalanan mengganggu ketertiban umum dan sering melakukan tindak kriminal (Terloit, 2001). Adanya pandangan seperti ini akan berpengaruh terhadap terbentuknya konsep diri yang negatif pada diri anak jalanan. Mereka akan beranggapan bahwa mereka tidak layak diterima dimasyarakat dan tidak akan mempunyai masa depan yang lebih baik lagi.

Mengatasi masalah anak jalanan yang tidak memperoleh pendidikan bukan hanya kewajiban pemerintah, namun juga diperlukan peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Masalah tidak akan selesai jika hanya diselesaikan sendiri oleh pemerintah tanpa dukungan dan kontribusi dari masyarakat Indonesia sendiri. Salah satu peran penting dari lapisan masyarakat  adalah  peran  para pemuda. Pemuda adalah agen perubahan dalam memecahkan masalah dengan berbagai ide yang inovotif serta pola pikir mereka yang kritis, pemuda sangat berperan penting dalam pembangunan nasional suatu negara sebagaimana yang dikatakan oleh Ir. Soekarno, “Beriaku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.

        Sesuatu yang harus dilakukan pemuda adalah bertindak nyata melalui pergerakan kepemudaan dalam mengatasi pendidikan anak jalanan, untuk itu diperlukan berbagai kiat-kiat dalam mencapai tujuan tersebut. Konferensi pemuda Indonesia adalah salah satu langkah awal pergerkan kepemudaan dengan mengumpulkan berbagai pemuda diseluruh Indonesia untuk membahas isu-isu mengeni anak jalanan di daerah masing-masing. Dalam pemilihan pemuda untuk menggikuti konfrensi pemuda tidak dilakukan secara serta-merta melainkan harus dilakukan seleksi terlebih dahulu. Seleksi yang dilakukan berupa perlombaan menulis mengenai masalah dan solusi permasalahan pendidikan anak jalanan di daerah mereka masing-masing sehingga pemuda-pemuda yang menggikuti konfrensi tersebut benar-benar mempunyai visi dan misi sesuai yang diharapkan dan dapat meberdayakan anak jalanan melalui pendidikan non formal di daerah mereka masing-masing.

         Konfrensi pemuda akan menghasilkan Pergerakan kepemudaan untuk mebentuk suatu komunitas pemberdayaan anak jalanan melalui pendidikan disetiap daerah seluruh Indonesia nantinya. Pembentukan suatu komunitas harus memerlukan program tujuan pembelajran yang memiliki urutan yang sistematis, Nicholls (1976) mengatakan bahwa  dalam merancang program pengajaran ada lima komponen penting yang harus dipertimbangkan, yaitu 1) tujuan yang hendak dicapai dari proses belajar mengajar yang dirancang, 2) karakteristik pembelajar, 3) proses belajar-mengajar yang mencakup metode, materi atau bahan belajar dan penggunaan media, 4) hasil yang dicapai dari proses belajar-mengajar yang dilaksanakan, dan 5) evaluasi  baik kepada siswa maupun tutor (pemuda), sebagai umpan balik atas pencapaian tujuan dari proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan.  

        Clara (2012) mengatakan bahwa dalam merancang program pendidikan anak jalanan diperlukan tiga komponen dasar, yaitu pengetahuan umum, keterampilan vokasional dan keterampilan hidup. Materi belajar dalam komponen pengetahuan dasar, adalah Bahasa Indonesia, Sejarah, Matematika dan Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam komponen keterampilan vokasional diberikan kursus mengelas, menjahit, melukis, kerajinan tangan, perbengkelan, menyupir dan komputer. Sedangkan dalam komponen keterampilan hidup, anak dibekali dengan pengetahuan mengenai hidup sehat dan penyalahgunaan obat

       Ketiga komponen tersebut sangat cocok dipelajari untuk anak jalanan karena sangat membantu dalam kegiatan sehari-hari mereka dijalanan. Belajar matematika dapat membantu anak jalanan untuk menghitung uang agar mereka tidak ditipu lagi oleh orang dewasa dan majikan mereka. Sedangkan belajar Pendidikan Kewarganegaraan dapat meberikan pemahaman kepada anak mengenai pemilu dan hak setiap warga negara, hal tersebut dikarenakan anak jalanan sering menjadi korban ikut kegiatan kampanye sehingga mereka sering berkelahi karena harus mebela kubu masing-masing. Selain itu, dengan diberikan pendidikan kursus mengelas, menjahit, melukis, kerajinan tangan, perbengkelan, menyupir dan komputer, dapat meberikan keterampilan hidup bagi anak agar mereka dapat memperoleh pekerjaan yang lebih layak lagi ketimbang harus bekerja di jalanan. Kondisi lingkungan yang buruk juga membuat anak sering mengalami gangguan kesehatan. Anak jalanan sering menggunakan obat-obat terlarang dan berhubungan seksual dengan anak jalanan lainya sehinga diperlukan pengetahuan mengenai hidup sehat dan penyalahgunaan obat-obat terlarang.

           Selain memberikan pengetahuan mengenai ketiga komponen dasar tersebut pemuda juga harus mencari solusi agar anak jalanan yang putus sekolah dasar dapat mengikuti program pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, untuk kemudian memperoleh ijazah yang disetarakan dengan tingkat sekolah dasar untuk program paket A, dan ijazah sekolah menengah pertama untuk program paket B (Clara, 2012). Melalui kmountias pemberdayaan anak jalanan, pemuda dapat memebrikan pelajaran-pelajaran yang berkaitan mengenai program paket A dan B kepada anak jalanan, agar nantinya mereka dapat mengikuti ujian program paket A dan B. Pemerintah juga mengambil bagian penting untuk menangani masalah tersebut, dengan cara memberikan pengakuan kesetaraan ijazah yang dikeluarkan dari program paket A dan B oleh sekolah formal agar kelak anak jalanan dapat mudah untuk mencari pekerjaan.

      Euanggelion dan Dewi mengatakan (dalam Clara ,2012) bahwa untuk memfasilitasi perkembangan psikososial anak jalanan, adalah dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk dapat mengekspresikan kreatifitas mereka melalui sanggar-sanggar kesenian. Dengan diberi kesempatan untuk tampil di berbagai acara dan mendapat apresiasi terhadap kreatifitas mereka, maka mereka dapat mengembangkan rasa percaya diri sebagai dasar dari berkembangnya kesejahteraan psikologis mereka. Melalui komunitas pemeberdayaan anak jalanan pemuda juga harus mengajukan keputusan mereka kepada pemerintah di daerah masing-masing mengenai pemberdayaan anak jalanan, untuk menindaklanjuti kegiatan mereka berupa dukungan dan bantuan dana dari pemerintah. Dengan adanya kerja sama dari berbagai pihak baik itu pemuda, masyarakat, dan pemerintah maka pemberdayaan anak jalanan melalui pendidikan dapat berjalan dengan  baik. Keitka itu dilaksanakan secara maksimal maka akan memperkecil kuantitas anak jalanan dan dapat meningkatkan taraf hidup mereka sehingga dapat menciptakan manusia-manusia berkulitas untuk kemajuan bangsa Indonesia.



















Daftar Pustaka

Ajisuksmo, Clara R.P. 2012. Faktor-Faktor Penting Dalam Merancang Program Pendidikan Luar Sekolah Untuk Anak Jalanan Dan Pekerja Anak”. Jurnal Makara Sosial Humaniora. Vol. 16, No. http://hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/download/1466/35. 10 Desember 2015.

Nicholls, A & Nicholls, S.H. (1976). Developing a Curriculum: A practical guide. London: George Allen & Unwin Ltd.

Terloit, A.J. 2001 Konsep diri anak jalanan usia remaja yang mengalami
abuse dan tidak mengalami abuse Skripsi (Tidak Diterbitkan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok.

Pardede, Y.O.K. 2008. Konsep Diri Anak Jalanan Usia Remaja. Jurnal Psikologi. Volume 1, No. 2, http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/download/292/235. 10 Desember 2015.





              
.








Comments

Popular posts from this blog

Women Empowerment Project

Sales Engineer, Peluang dan tantangan.

Dangko Indahkan Ramadhan ( DINAR) 2018