Kerja Bakti
Kerja Bakti
Minggu 22 April 2017
Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis lagi, tapi
masih belum ada kesempatan mungkin karena banyaknya tugas-tugas kuliah ditambah
lagi laporan praktikum yang harus segera diselesaikan. Tapi setelah
dipikir-pikir bukan hal tersebut yang jadi masalahnya, sepertinya saya masih
memiliki semangat menulis yang begitu rendah, sehingga saya tidak bisa mengatur
waktu dengan baik untuk itu. Menulis bisa dikatakan bukanlah hobi ataupun bakat
saya, tapi saya ingin menjadikan menulis suatu kebiasaan yang terus menerus
saya lakukan. Saya percaya bahwa dengan menulis akan memberikan arti tersendiri
bagi diri saya. Yang labih penting lagi saya ingin dunia tahu bahwa saya pernah
ada di dalamnya karena menulis.
Pada tulisan kali ini saya akan mencertiakan
pengalaman saya pada minggu pagi 22 April 2017. Subuh itu terdengar suara azan
yang begitu merdu, tertanda pagi akan segera tiba, matahari akan menyinari
buminya dan kewajiban harus segera ditunai bagi orang-orang yang merasa
mempunyai kewajiban. Para pencari rejeki sibuk dengan barang dagangannya, bagi
mereka bangun lebih awal adalah adalah kunci kelarisan dagangan. Anak-anak
sekolah berseragam merah putih pun asik berlarian menju ladang pengetahuan.
Pada pagi ini menjadi berbeda dari hari minggu
sebelumnya. Biasanya dipagi hari saya lebih memilih untuk bermalas-malasan
dibanding beraktivitas apalagi olahraga hahaha. Tapi kali ini saya harus
melawan kebiasaan buruk tersebut. Bangun lebih awal dan bersiap-siap segera
saya lakukan Setelah melaksankan
kewajiban, saya bersama seorang teman menuju lokasi kerja bakti yang sudah
jauh-jauh hari kita rencanakn bersama.
Kami menuju kampung kusta yang berada di jalan dangko
kota makassar sebagai lokasi kerja bakti kali ini. Kampung kusta menjadi salah
satu binaan Aksi Indonesia muda yang bergerak dibidang pemberdayaan dan
pendidikan informal. Komunitas ini diinisiasi oleh seluruh mahasiswa makassar
untuk turut serta mengatasi permasalahan yang terjadi di Kota Makassar. Setiba
di lokasi tanpa basi lagi kami langsung bergerek untuk meminjam peralatan
seperti pacul, sendok sampah, sapu lidi, dan sendok selokan. Tidak butuh waktu
lama untuk meminjam semua peralatan seperti itu karena kami sudah begitu sering
dilihat olah warga sekitar. Sehingga kemungkinan besar ada kepercayaan kepada
kami untuk meminjamkan barang-barangnya yang tentunya kembali dengan utuh.
Setelah mendapatkan peralatan itu semua, kami mulai
memberishkan selokan yang berisi sampah-sampah plastik dan bebatuan yang
berukuran besar yang dibiarkan begitu saja hingga menyumbat saluran air. Entalah
sudah berapa lama sampah ini bersarang ditempat tanpa dibersihkan sama sekali,
warna sampah yang begitu hitam dan lusuh menjadi saksi bahwa seklokan ini
begitu jarang dibersihkan oleh sang empunya. Melihat kami bekerja membersihkan selokan warga sekitar mulai memerhatikan hingga pada
akhirnya ada salah seorang warga yang bergerak
membantu kami, setelah menyaksikan hal tersebut saya berfikir sebenarnya mereka
sadar mengenai kebersihan, mungkin karena belum ada saja orang yang memulai
atau berinsiafit membersihkan lingkungannya.
Dengan kesadaran salah satu warga, maka beberapa warga
lainya pun ikut membantu tanpa harus
diberitahu, walaupun masih ada saja beberapa warga yang belum peduli sama
sekali. Ya, walaupun begitu kami tidak memaksa mereka untuk membantu kami. Slogan
kebersihan yang dipasang di kompleks-kompleks sekitar sebenarnya belum benar-benar
menimbulkan kesadaran akan kebersihan. Entalah apa yang menyebabkan hal
tersebut mungkin mereka hanya menganggap menjadi hiasan ataupun kata-kata tanpa makna
sama sekali. Saya akhirnya paham paham
bahwa memperinagati, memberitahu bahkan menyuruh sekalipun akan kalah
dibandingakn dengan inspirasi atau teladan yang diperlihatkan. Ya secara tidak
sengaja kami telah menginsipirasi atau memberikan teladan beberapa warga untuk menjaga
kebersihannya, toh nantinya mereka akan mersa malu jika ada orang lain yang
selalu memperhatikan kebersihan lingkungannya. Semoga saja rasa malu itu tidak
pudar dalam diri masyarakat dangko.
Setelah membersihan beberapa bagian kompleks kami istirahat
sejenak lalu bersiap-siap untuk pulang kembali ke kosan. Kegiatan minggu pagi kali
ini begitu bermanfaat bagi saya dibandingakn harus tidur-tiduran dan
malas-malasan lagi. Saya percaya bahwa dengan membantu dan meringankan beban orang
lain kita akan menyalakan satu lilin kecil dan suatu saat nanti lilin kecil itu
akan menyalakan lilin-lilin yang lainnya. kami berharap bahwa semoga kami
adalah lilin kecil itu, yang selalu menebar kebaikan untuk orang lain. Kami
tidak pernah berharap aprisiasi lebih yang paling penting bagi kami adalah
kerja-kerja ikhlas.
Comments
Post a Comment