Kota Dunia dan Ketimpangan
Kota Dunia dan Ketimpangan Sosial
Kota Makassar mempunyai cita-cita dan harapan yang besar.
Menjadi Kota Dunia kerap kali dilontarkan ke masyarakat oleh pemerintah daerah.
Tentu banyak faktor untuk mencapai hal tersebut mulai dari indeks pembangunan
manusia, rata-rata harapan hidup, rata-rata lama sekolah, dan masih banyak
faktor lainnya.
Menurut Hendara Gunawan, gambaran kota besar yang moderen
dalam benak pengurus kota saat ini masih belum beranjak dari citra kota-kota
dunia pada era 1970-an : kota dengan julangan gedung-gedung tinggi, jalanan
yang ramai sebagai syarat kesejahteraan ekonomi warganya. Padahal kota-kota
lebih besar yang ditiru saat ini justru tengah menghadapi dua persoalan besar.
Mereka baru menyadari bahwa model pembangunan yang telah diikuti ternyata tidak
tepat karena menghasilakn biaya sosio-ekologis yang mahal.
Selain keindahan Kota, Makassar juga identik dengan ciri
khas kulinernya. Sebut saja coto makassar, pallu basa, songkolo, pisang ijo don konro. Makanan ini memiliki
rasa dan keunikan tersendiri. Bahkan waktu santap baiknya saat tertentu saja.
Misal songkolo yang cocok dimakan pada malam hari.
Walaupun mempunyai kuliner khas tersendiri, makanan resep
ala luar negeri juga masih memenuhi Kota Makassar. Misalnya saja Kentucky Fried Chicken (KFC) brand yang berasal dari Amerika serikat.
Brand ini begitu digemari oleh
masyarakat di Kota Makassar dari berbagai kalangan mulai anak-anak hingga orang
dewasa. Mereka tak tanggung-tanggung akan mengeluarkan rupaih lebih demi
mencicipi makanan yang tersedia di tempat ini.
Brand asal Amerika
ini bisa kita temui di perbatasan hertasning-gowa Kota Makassar. Nah, di
depannya kita akan melihat ada sebuah kanal dengan warna begitu hitam pekat,
menandakan kanal ini sudah tidak terurus dengan baik lagi. Di sepanjang kanal
itu kita akan menemukan beberapa pemukiman warga yang terbuat dari kayu-kayu yang
sudah lapuk plus tumpukan sampah dan bau khasnya.
Dari rumah itu tampak seorang ibu yang bingung dengan
anaknya sendiri yang sedari tadi menangis. Anak ini sudah empat hari mengalami
muntaber sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus rotavirus. Penyakit ini menyebabkan peradangan pada saluran
pencernaan, khususnya lambung, usus besar, dan usus kecil. Sayangnya anak ini
belum pernah di bawah ke puskesmas, selain karena BPJS kesehatan juga
terkendala masalah rupiah.
“Hari ini tidak keluar ka (memulung) karena hujan dan anakku
lagi sakit ki. Kalau tidak keluar ka begini tidak adami ku dapat lagi (uang)”
ungkap ibu itu
“Ku tunggu saja bapaknya lagi membersihkan kanal ki, semoga
langsung ji di kasih uang. Mau ma bawa ke rumah sakit ini anak kah mata
hitamnya naik terusmi”
Tiba-tiba datang seoarang lelaki berkumis beserta celurit di
tangannya tapi tidak dengan upah hari ini. Ibu bertambah bingung sembari
menatap anaknya. Dengan berat ibu menyuruh lelaki berkumis itu untuk ke
tetangga meminjam uang.
“Pinjam mi dulu uangnya tetangga, nanti kalau kita sudah
menimbang (sampah) baru diganti lagi. Ini anak dari tadi mi menangis”.
Lelaki berkumis itu segera beranjak untuk meminjam uang.
Di saat bersamaan orang-orang ramai keluar masuk KFC
menyantap makanan dengan rupiah yang tidak sedikit. Tapi, Kurang lebih 50 m
dari tempat itu ternyata ada seorang keluarga yang bingung untuk berobat
anaknya yang lagi sakit.
Ya, kita boleh menghabiskan rupiah untuk memakan apapun,
bahkan mencoba semua kuliner khas Kota
Makaasar hingga makanan resep ala luar negeri. Toh itu adalah bentuk apresiasi
buat diri kita yang mungkin saja letih karena bekerja. Tetapi tidak ada
salahnya kita mencoba melihat sejenak disekeliling tempat tinggal, kerja, dan
berkuliah apakah ada orang yang membutuhkan uluran tangan.
Mungkin slogan kota dunia memang patut untuk jadi cita-cita
yang besar, tapi jangan sampai hal tersebut hanya utopis belaka dari pemerintah
daerah. Percuma membangun infrastruktur, taman-taman, bahkan tambahan jembatan
layang untuk memperindah kota. Tapi ada sekolompok warga yang masih merasakan
ketimpangan sosial.
Ketimpangan-ketimpangan sosial ini tentu harus segera
diselesaikan oleh berbagai elemen bukan hanya pemerintah agar cita-cita kota
dunia bisa tercapai secara kolektif. Sehingga indeks pembangunan manusia,
rata-rata harapan hidup, dan rata-rata lama sekolah dapat tercapai secara
sempurna dan rakyat dapat hidup sejahtera.
Comments
Post a Comment