Berdamai Dengan Covid 19


Sumber Gambar : Unplash.com

Sudah tiga bulan saya di rumah mengikuti himbauan pemerintah karena penyebaran covid 19 yang terus saja meningkat. Sejak dirumah tidak banyak hal yang bisa saya lakukan. Walaupun mencoba melakukan hal produktif seperti membaca dan mengikuti kelas-kelas online tapi tetap saja berbeda dari biasanya. Ya, memang perlu ada kebiasaan sehingga menjadi terbiasa.

Sejak himbauan untuk tetap dirumah, saya selalu berusaha mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi di Indonesia dan dunia. Selain melakukan hal produktif, memperoleh informasi yang benar dan terpercaya juga menjadi keharusan. Di era seperti sekarang ini informasi begitu mudah menyebar. Sehingga membaca sebelum berbagi tentu sangat penting.

Ketika menulis ini 16 Mei 2020, kasus positif di Indonesia sudah mencapai 16.496 jiwa. Dengan pasien sembuh 3.803 jiwa dan meninggal dunia 1.076 jiwa. Kasus positif covid 19 di Indonesia terus mengalami kenaikan sejak diumumkan pertama kali pada tanggal 2 maret 2020 oleh Presiden Joko Widodo.

Bukan hanya Indonesia, negara-negara lain juga ikut mengalami dampak covid 19. Negara adidaya seperti Amerika yang pada awalnya meremehkan covid 19 sebagai virus biasa juga kewalahan menghadapi virus ini. Sampai pertengahan mei 2020 Amerika sudah menjadi pusat episentrum penyebaran covid 19. Jumlah kasus positif mencapai 1,47 juta jiwa dengan sembuh 260.000 dan meninggal 88.237 jiwa. Selain Amerika, rusia, Britania Raya, dan Spanyol juga menempati posisi kasus positif tertinggi.

Indeks Harga Saham (IHSG) year to date terkoreksi 28,26 %. Perekonomian yang dijanjikan akan naik 5 % justru turun 2,97 % pada kuartal pertama 2020, dan kemungkina akan merosot tajam hingga minus pada akhir tahun. Transportasi, pariwisata, juga sektor pendidikan kena imbasnya. Semua lini sektor tersebut mengalami penurunan performa hingga sejauh ini.

Saya selalu percaya bahwa setiap threat selalu ada opportunity yang mengikutinya. Seperti bagaimana Korea Selatan mampu mengelola dengan baik ancaman covid 19. walaupun sempat menjadi negara dengan kasus tertinggi setelah China. Penerapan sistem pengujian yang luas mencapai 20 ribu orang per hari hingga melakukan inovasi pelayanan kesehatan menjadikan Korea selatan sukses memperlambat kasus penyebaran positif covid 19.

Selandia Baru yang dipimpin oleh seorang Perdana Menteri perempuan Jacenda Ardern bahkan lebih baik lagi menghadapi pandemi ini. Sejak terkonfirmasi kasus positif pada tanggal 21 maret 2020. Ardern langsung mengumumkan melalui siaran televisi berdurasi delapan menit mengenai sistem peringatan covid 19 dalam empat tingkatan. Peringatan ini menjadi pedoman respon pemerintah mengenai apa yang akan dilakukan.

Ketika Selandia Baru memiliki 52 kasus yang dikonfirmasi, level peringatan memasuki yang  kedua dengan membatasi beberapa perjalanan dan mendesak orang untuk physical/social distancing. Tetapi ketika kasus tumbuh menjadi 205 menjelang empat hari kemudian, sistem peringatan dinaikkan ke tingkat empat, sehingga akan segera dilakukan lockdown. Sistem Ardern dijelaskan secara eksplisit sehingga masyarakat mengetahui sebelumnya apa yang perlu dipersiapkan dan dilakukan. Bahkan sebelum lockdown Ardern memberikan kesempatan warganya selama 48 jam untuk melakukan persiapan.

Di indonesia kita melihat bahwa, kebiasaan-kebiasaan kita mulai terdistrupsi sehingga melahirkan inovasi. Seperti inovasi yang dilakukan oleh Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka membuat ventilator sebagai alat bantu pernapasan pasien covid 19 yang diberi nama Vent-I. Alat ini tentunya jauh lebih murah dengan ventilator yang digunakan di rumah sakit umumnya. Walaupun belum persis sama, tapi Vent-I sudah aman untuk digunakan secara masif. Masih banyak lagi inovasi-inovasi yang diciptakan anak negeri seperti aplikasi data penyebaran covid 19, face shield, dan alat pelindung diri (APD).

Kita berharap bahwa kebijakan pemerintah Indonesia tidak kalah cepat dengan penyebaran virus corona ini. Walaupun kita belum bisa meniru bagaimana negara-negara seperti Selandia Baru menangani covid 19. Tetapi setidaknya kita bisa belajar langsung dari kesuksesannya sehingga bisa diterapkan di indonesia dengan cara yang berbeda. Apalagi mengenai inovasi-inovasi yang dilakukan perguruan tinggi semuanya harus senantiasa mendapat dukungan penuh tanpa membuat rumit masalah administrasi apalagi perizinan yang selama ini selalu berbelit-belit.

Ya, memang covid 19 membuat kita sangat kelelahan dan stress. Tetapi melalui covid 19 ini kita diuji agar kembali pada homo sapiens (manusia bijak) yang sesungguhnya. Sejarah membuktikan bahwa kita pernah berhasil melewati ancaman yang menyerang umat manusia. Seperti flu Spanyol yang terjadi 1918 - 1919 yang menewaskan 50 juta jiwa di seluruh dunia. Selain itu pandemi H1N1 tahun 2009 yang membunuh 575.000 jiwa. Dari masalah tersebut pada akhirnya kita bisa berevolusi untuk segera menemukan solusi. Atau menurut Jokowi kita terpaksa harus berdamai dengan covid 19 ini.

Covid 19 di bulan ramadhan adalah keberkahan bagi orang-orang yang melihat sebagai peluang. Bisa jadi ini adalah jalan yang Allah SWT berikan untuk kita kembali ke fitrah. Khususnya untuk masyarakat Indonesia. Saat ini banyak orang yang mengalami kehilangan pekerjaan, menderita kelaparan, dan kemiskinan. Inilah jalan agar kita bisa saling tolong-menolong. Sekaligus membuktikan fakta bahwa kita adalah negara paling dermawan di dunia.

Kita tidak ingin melihat lagi ada seorang youtuber yang akhirnya jadi hakim atas perbuatan orang lain. Membuat kondisi seperti sekarang ini menjadi bahan bercandaan dengan memberi bantuan sampah. Tentu ini bukanlah hal lucu untuk dijadikan bahan tertawaan. Tetapi melalui pandemi covid 19 seharusnya kita saling berempati.

Pada akhirnya kita harus menjadi benar-benar terbiasa dengan membiasakan diri. Kita sebaiknya tidak boleh lagi membandingkan mana yang penting, sektor ekonomi atau kesehatan. Semua lini sektor tersebut tentu sangat penting. Tetapi yang jauh lebih penting sektor mana yang akan kita prioritaskan dahulu. Lagi-lagi kita harus berdamai dengan covid 19 ini.

#Kebaikan #Ramadan #Covid 19







Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog competition "Ceritaku dari Rumah" yang diselengarakan oleh ramadhan virtual festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan

Comments

Popular posts from this blog

Women Empowerment Project

Sales Engineer, Peluang dan tantangan.

Dangko Indahkan Ramadhan ( DINAR) 2018